Jumat, 29 Juni 2012

HAKIKAT I'jaz

HAKEKAT I’JAZ

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Sudah menjadi kelaziman dari munculnya seorang Rasul dengan seruan agama baru untuk disertai dengan mukjizat. Dengan mu’jizat itu seorang rasul baru diberdayakan oleh Allah untuk sanggup membalikkan pandangan umatnya yang sedang mengalamai fase keterkaguman dengan salah satu aspek kehidupan keduniaan, menuju jalan agama Allah yang lurus. Sejarah nabi dan rasul menunjukkan kebhinekaan corak mu’jizat yang tidak lain sebagai respon logis dari tuntutan realitas kehidupan umat.
Mukjizat yang Allah SWT berikan kepada para nabi dan rasul-Nya sebelum nabi Muhammad SAW dapat dikatakan hanya tinggal kenangan yang terukir dari mulut kemulut, dan tertulis dalam berbagai buku sejarah terutama Al-Qur’an. Akan tetapi mukjizat terbesar yang Allah berikan kepada nabi Muhammad SAW, yakni Al-Qur’an, hingga kini, nanti, besok, bahkan sepanjang perputaran bumi ini akan terus tetap eksis terjaga sebagaimana terjaganya Al-Qur’anul karim. Banyaknya kontroversi pemikiran dan perdebatan pendapat tentang arti, definisi, aspek kemukjizatan Al-Qur’an yang terus berlanjut dari waktu ke waktu dan dari tempat ke tempat ini, nampaknya bisa menjadi bukti bahwa Al-Qur’an akan terus eksis dikaji oleh kaum muslimin, bahkan non-muslim. Lebih-lebih ketika pemikiran telah berkembang, i’jaz qur’an bukan hanya ditinjau dari beberapa penelitian tentang kebahasaan, makna, atau balaghah saja. Namun IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi)pun turut membuktikannya. Oleh karenaya i’jaz  qur’an ini sangat menarik dan penting  untuk kita kaji sebagai bentuk sumbangsih pemikiran kita sebagai umat nabi yang dikaruniai mu’jizat terbesar ini.




BAB II
HAKEKAT I’JAZ

A.    Pengertian Hakekat I’jaz
Kata i’jaz diambil dari akar kata a’jaza-yu’jizu. Al-‘ajzu yang  secara harfiyah antara lain berarti lemah,tidak mampu, tidak berdaya. Lawan kata dari al-qudroh yang berati sanggup, mampu atau kuasa. I’jaz yang berarti melemahkan atau menjadikan tidak mampu.
Al-Qaththan mendefinisikan i’jaz dengan “Memperlihatkan kebenaran Nabi SAW atas pengakuan kerasulannya dengan cara membuktikan kelemahan orang arab dan generasi sesudahnya untuk menandingi Al-Qur’an”. Pelakunya (yang melemahkan) dinamai mu’jiz. Bila kemampuannya melemahkan pihak lain amat menonjol sehingga mampu membungkam lawan, ia dinamai mu’jizat. Tambahan ta’ marbuthah pada akhir kata itu mengandung makna mubalaghah (superlatif).[1]
Istilah mu’jiz atau mu’jizat lazim diartikan dengan al-‘ajib, maksudnya adalah sesuatu yang ajaib (menakjubkan atau mengherankan) karena orang lain tidak ada yang sanggup menandingi atau menyamai sesuatu itu. Juga sering diartikan dengan amrun khoriqun lil’adah, yakni sesuatu yang menyalahi tradisi.[2]
Adapun Manna’ Al-Qaththan mendefinisikan dengan hal serupa “Amrun khariqun lil’adah maqrunun bit tahaddiy salimun ‘anil mu’arodhoh”, yakni suatu kejadian yang keluar dari kebiasaan, disertai dengan unsur tantangan, dan tidak dapat ditandingi.

B.     Macam I’jaz
Dalam menjelaskan macam-macam mukjizat Al-Qur’an ini para ulama berlainan keterangan. Hal ini disebabkan karena perbedaan tinjauan masing-masing.
Dr. Abd. Rozzaq Naufal, dalam kitab Al-I’jazu Al-Adadi Lil Qur’anil Karim menerangkan bahwa i’jazil Qur’an itu ada 4 macam, sebagai berikut:
1.      Al-I’jaz balaghi
Kemukjizatan segi sastra balaghahnya, yang muncul pada masa peningkatan mutu bahasa arab.
2.      Al-Ijazut tasyri’i
Kemukjizatan segi pensyariatan hukum-hukum ajarannya yang muncul pada masa penetapan hukum-hukum syari’at Islam.
3.      Al-I’jazul ilmu
Kemukjizatan segi ilmu pengetahuan, yang muncul pada masa kebangkitan ilmu dan sains dikalangan umat Islam.
4.      Al-I’jazul adadi
Kemukjizatan segi kuantity atau matematis atau statistik, yang muncul pada abad ilmu pengetahuan dan teknologi canggih sekarang.
Beliau mencontohkan:
a.       Kata iblis disebutkan dalam qur’an sampai 11 kali/ayat. Maka ayat yang menyuruh mohon perlindungan dari iblis juga disebutkan 11 kali pula.
b.      Kata sihir dengan segala bentuk tasrifnya dalam al-qur’an disebutkan sampai 60 kali/ayat, dan kata fitnah yang merupakan sebab dari sihir itu juga disebut sampai 60 kali pula.

Adapun Imam Al-Jahidh (wafat 255 H) di dalam kitab nuzdumul qur’an dan hujajun nabaawiyah serta al-bayan wa at-tabyin menegaskan bahwa kemukjizatan al-qur’an itu terfokus pada bidang lafal-lafalnya saja, yaitu kemukjizatan susunannya, dengan semboyan: innal I’jaza innama huwa fin nadhmi. Sebab memang susunan lafal-lafal al-qur’an ini berbeda dari kitab-kitab lain dan sungguh menakjubkan.
Moh. Ismail Ibrahim dalam buku yang berjudul al-qur’an wa I’jazihi al-ilmi mengatakan, orang yang mengamati Al-qur’an dengan cermat, mereka akan mengetahui bahwa kitab itu merupakan gudang berbagai disiplin ilmu dan pengetahuan. Beliaupun menyimpulkan bahwa fokus kemu’jizatan Al-Qur’an adalah I’jazil ilmi.[3]

C.    Contoh I’jaz
·         Dari segi embriologi, sesuatu sperma/gamet jantan (separuh sel bercantum dengan telur/gamet betina (separuh sel) untuk menghasilkan zigot (sel lengkap) yang akan berubah menjadi embrio dan berpindah kepada uterus/rahim dan berkembang serta tumbuh menjadi janin. Inilah kegelapan pertama sebagaimana yang disebutkan al-Quran, atau trimester pertama sebagai istilah medical (bagi 3 bulan pertama). Pada kegelapan kedua atau trimester kedua, janin ini membesar lagi dan telah mempunyai wajah, telinga, mulut, hidung dan anggota kaki dan tangan. Pada kegelapan ketiga (trimester ketiga) janin masuk bulan ke-7 sampai bulan ke-9 dan dilahirkan sebagai bayi sempurna. (Abu Hasan bin H. Ali, jilid 5 hal 30).
·         Pada tahun 1948, Gerge Gamov mengatakan bahwa setelah pembentukan alam semesta melalui ledakan raksasa, sisa radiasi yang ditinggalkan oleh ledakan ini mestilah tersebar merata di segenap penjuru alam semesta. Pada tahun 1965, dua peneliti bernama Arno Penziaz dan Robert Wilson menemukan gelombang ini tanpa sengaja, yang disebut 'radiasi latar kosmis'. Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini adalah sisa radiasi peninggalan dari tahapan awal peristiwa Big Bang karena ia tidak terlihat memancar dari satu sumber tertentu, akan tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa. Pada tahun 1989, NASA mengirimkan satelit Cosmic Background Explorer. COBE ke ruang angkasa untuk melakukan penelitian dan hanya perlu 8 menit bagi COBE untuk menemukan bukti sisa ledakan raksasa yang telah terjadi di awal pembentukan alam semesta yang membuktikan teori Big Bang.[4]

D.    Manfaat I’jaz
·   Memberikan kemudahan kepada orang yang mempelajarinya sehingga mengerti seluk beluk ilmu syariah. Karena Al Quran sendiri adalah tiang agama, sumber hikmah, tanda-tanda risalah serta sebagai cahaya mata dan akal.
·   Bisa memberikan kebahagiaan
·   Memberi syafa’at pada hari kiamat kepada orang yang membaca dan mengkajinya

E.     Pendapat Para Ulama
Pada dasarnya para ulama sepakat tentang kemukjizatan Al-Qur’an dalam konteksnya yang sangat luas dan sebagai satu kesatuan yang bersifat holistik. Hanya saja mereka berlainan pendapat dalam hal pemaparan kemukjizatan Al-Qur’an secara rinci dan bagian demi bagian.
Menurut Golongan Sharfah, salah satunya adalah Abu Ishaq Ibrahim An-Nazhzham (321 H-933 M) yang oleh Musthafa Shodiq Ar-Rafii dituduh sebagai setan para teolog (syaithanul mutakallim) mengemukakan bahwa kemukjizatan Al-Qur’an bukanlah terletak pada kehebatannya. Melainkan lebih dikarenakan sharfah (proteksi) dari Allah SWT terhadap para hamba-Nya. Lebih dari itu, tambah An-Nazhzham, Allah SWT tidak hanya memprotek kemampuan manusia untuk menandingi Al-Qur’an, akan tetapi juga membelenggu kefasihan lidah mereka.
Pendapat serupa juga diutarakan oleh Al-Murtadha, seorang tokoh dari kalangan madzhab syi’ah- bahwa I’jaz Al-qur’an  terjadi karena as-sharfah dari Allah. Menurutnya, Allah sengaja mematikan  kreatifitas dan kemampuan orang arab dari kemungkinan mereka menandingi Al-qur’an. Padahal pada dasarnya mereka berkemampuan melakukan itu. Sharfah Allah kepada hambanya inilah, sesungguhnya  yang mengakibatkan (Al-qur’an) tidak mengikuti tradisi, tambah Al-Murtadha.[5]
Menurut Imam Fakhruddin, aspek kemukjizatan Al-Qur’an terletak pada kefasihan, keunikan redaksi, dan kesempurnaannya dari segala bentuk cacat.
Menurut Az-Zamlakani, aspek kemukjizatan Al-Qur’an terletak pada penyusunan yang spesifik.
Menurut Ibnu Athiyyah, aspek kemukjizatan Al-Quran yang benar dan yang dianut oleh mayoritas ulama diantaranya Al-Haddad terletak pada runtutannya, makna-maknanya yang dalam, dan kata-kata yang fasih.
Menurut Quraish Shihab, memandang kemukjizatan Al-Qur’an dalam 3 aspek:
·         Aspek keindahan dan ketelitian redaksi-redaksinya.
·         Berita tentang hal-hal ghaib.
·         Isyarat-isyarat ilmiyah (kejadian-kajadian alam).


BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat kita tarik satu kesimpulan bahwa kemukjizatan Al-Qur’an sesungguhnya tidaklah dapat dipungkiri adanya. Hanya saja beberapa ulama  memandang I’jaz bukan dari kehebatan yang ada di dalam Al-Qur’an melainkan lebih karena faktor luar yang sekilas seperti memojokkan Allah SWT. Padahal manusia itu diciptakan memang masih jauh dari kata sempurna. Manusia hanya sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaan-Nya saja. Namun dibalik itu mereka masih memiliki banyak kekurangan. Hanya Allahlah yang maha sempurna, tak ada seorangpun yang dapat menandingi kehebatan-Nya.

B.     Saran
Menaggapi perbedaan ini hendaknya kita memandang memang Allah mempuyai sifat al-qahhar (maha kuasa) juga al-jabbar (maha perkasa). Sehingga wajar jika manusia lemah atau dilemahkan. Kemudian dibalik apa yang telah kita kaji tadi semoga dapat kita jadikan media pembelajaran awal yang melanjutkan kita pada pembelajaran Qur’an yang lebih mendalam.

                                                                                                
DAFTAR PUSTAKA

Manna’. 1971. Mabahits fi ‘ulum Al-Qur’an. Jakarta: Rineka Cipta
Shihab, Quraish. 1997. Mukjizat Al-Qur’an.Bandung: Mizan
Amin,Muhammad. 1998. Studi ilmu-ilmu Al-Qur’an. Bandung: Mizan
Djalal, Abdul. Ulumul Qur’an. 2000. Surabaya: Dunia Ilmu
Aku Untuk Indonesia. 2010. ”Journal item”. [Online]. Tersedia: http://akuuntukindonesia.multiply.com/journal/item/12/12
Nurul Ulum. 2008. “Ijazul Quran Kemukjizatan Al Quran”. [Online]http://nurululum.wordpress.com/2008/05/28/ijazul-quran-kemujizatan-al-quran/
http://sukmanila.multiply.com/journal/item/20



[1]M. Quraish Shihab, Mukjizat Al-Qur’an, Mizan, Bandung, 1997, hlm. 23
[2]Prof. Dr. Muhammad Amin Suma,MA. SH., Studi ilmu-ilmu Al-Qur’an, jil 3,[t.t].,36-37
[3]Prof. Dr. H. Abdul Djalal H.A,Ulumul Qur’an, Dunia Ilmu, Surabaya, 2000, hlm271-275
[4]Harun Yahya, www.harunyahya.com
[5]Manna’ Al-Qaththan, op.cit. hlm 261

Tidak ada komentar: