Jumat, 29 Juni 2012

muhkam dan mutasyabih

Muhkam dan Mutasyabih (1)
Posted in Ushul Tafsir by aban8neidi | Ushul Tafsir
Dipandang dari satu sisi, al-Qur’an itu semuanya muhkam; Dari sisi yang lain, semuanya mutasyabih; Dan dari sisi yang lain, sebagian dari al-Qur’an itu muhkam, sementara sebagiannya lagi mutasyabih.
Pembahasan tentang muhkam dan mutasyabih ini sangat penting. Karena betapa banyak orang yang tersesat akibat salah memahami kalamullah, tidak bisa membedakan antara yang muhkam dan mutasyabih atau salah dalam menyikapi keduanya.
Muhkam dan mutasyabih termasuk diantara sifat yang Allah ‘Azza Wa Jalla tetapkan untuk al-Qur’an. Keduanya memiliki makna yang berbeda-beda. Berikut penjelasannya.
a. Al-Qur’an, semuanya muhkam
Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman :

Alif Laam Raa, [inilah] suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi [Allah] yang Maha Bijaksana lagi Maha Tahu (QS. Hud /11:1)
Dengan gamblang, disebutkan dalam ayat diatas bahwa semua ayatnya muhkam, jadi muhkam merupakan sifat bagi al-Qur’an secara keseluruhan. Inilah yang dinamakan oleh para Ulama dengan ihkamun ‘am. Muhkam disini maksudnya adalah al-Qur’an itu sangat sempurna dan tertata dengan susunan yang paling rapi. Semua berita yang terkandung dalam al_qur’an adalah benar, tidak ada kontradiksi sama sekali. Perintah-perintah yang termaktub dalam al-Qur’an, semua mendatangkan kebaikan dan barokah. Sebaliknya, semua larangan yang disebutkan dalam al-Qur’an tidak ada yang terlepas dari keburukan, bahaya dan perilaku yang hina. Inilah yang dinamakan ihkam ‘am.
b. Al-Qur’an, semuanya mutasyabih
Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman :
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik [yaitu] Al Qur’an yang serupa [mutu ayat-ayatnya] lagi berulang-ulang gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah (QS.az-Zumar/39:23)
Mutasyabih, sifat yang disematkan pada al-Qur’an pada ayat di atas dinamakan tasyabuh (serupa) ‘am. Maksudnya, semua ayat yang terkandung dalam al-Qur’an serupa atau sama dalam masalah keindahan, kebenaran, kandungannya terhadapat nilai-nilai luhur yang mampu membersihkan akal manusia, menyucikan hati dan memperbaiki kondisi. Jadi untaian kalimatnya adalah untaian kalimat terbaik serta kandungannya adalah kandunagn terbaik. Inilah maksud tasybuh’am.
c. Al-Qur’an, sebagiannay muhkam dan sebagiannya lagi mutasyabih
Allah ‘Azza Wa Jalla berfirman :
Dia-lah yang menurunkan Al Kitab [Al Qur’an] kepada kamu. Di antara [isi]nya ada ayat-ayat yang muhkamaat itulah pokok-pokok isi Al Qur’an dan yang lain [ayat-ayat] mutasyaabihaat (QS. Ali Imran/3:7)
Dalam ayat diatas, Allah ‘Azza Wa Jalla menjelaskan bahwa sebagian dari ayat-ayat al-Qur’an itu muhkam dan sebagiannya lagi mutasyabihat. Muhkam dan mutasyabih yang termaktub dalam ayat diatas bukan muhkam atau mutasyabih yang sudah dijelaskan maknanya sebelum ini.
Ketika mejelaskan ayat ini, Ibnu Katsir Rahimahullah mengatakan, “Allah ‘Azza Wa Jalla memberitahukan bahwa dalam al-Qur’an ada ayat-ayat yang muhkam. Ayat-ayat ini merupakan ummul kitab (pokok pokok Kitab). (Muhkam) maksudnya adalah ayat-ayat yang jelas dan terang maknanya, tidak ada kesamaran sama sekali bagi semua orang dalam ayat ayat tersebut. Dan ada sebagian lagi ayat-ayat yang kurang jelas maknanya bagi mayoritas atau sebagian orang. Barangsiapa mengembalikan makna (ayat) yang belum jelas kepada (ayat) yang jelas maknanya dan menjadikan (ayat) yang belum jelas baginya, berarti dia telah mendapatkan petunjuk. Barangsiapa yang melakukan kebalikannya, berarti dia terbalik (tersesat). (2)
Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-sa’diy Rahimahullah mengatakan, “Para ahli ilmu (yang memahami) al-Qur’an, mereka mengembalikan makna ayat-ayat kurang jelas kepada ayat-ayat yang maknanya jelas, sehingga semuanya menjadi jelas. Dan mereka juga mengatakan,”Semua ayat-ayat itu datang dari Rabb kami.” Maksudnya semua yang datang dari Rabb tidak yang bertentangan. Makna yang belum jelas pada satu tempat, telah dijelaskan pada tempat lain sehingga (semua) terpahami dan problem dalam memahaminya telah sirna.
Diantara contohnya yaitu pemberitahuan Allah ‘Azza Wa Jalla bahwa Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, segala yang Allah ‘Azza Wa Jalla kehendaki pasti terjadi dan yang tidak dikehendaki pasti tidak terjadi. Allah ‘Azza Wa Jalla (memberitahukan), Dia memberikan dan menyesatkan orang yang dikehendaki dan menyesatkan orang yang dikehendaki-Nya.
Jika makna-makna ini tidak terpahami dengan baik oleh orang yang mengira bahwa ini bertentangan dengan nilai keadilan atau mengira bahwa penganugerahan hidayah dan penyesatan itu begitu saja tanpa sebab, maka ketidakjelasan ini telah dijelaskan dalam ayat-ayat lain yang menunjukkan bahwa semua itu ada sebabnya, dan sebab itu dilakukan oleh manusia. Seperti firman Allah ‘Azza Wa Jalla :
Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan (QS. Al-Maidah/5:16)
Juga firman-Nya:
Maka tatkala mereka berpaling [dari kebenaran], Allah memalingkan hati mereka. (QS. As-Shaf/61:5)
Jika ini masih mutasyabih (tidak terpahami dengan baik) oleh golongan Jarbriyah yang memandang bahwa manusia itu dipaksa atau dikendalikan seperti robot, maka Allah ‘Azza Wa Jalla jelaskan dalam banyak ayat bahwa Allah ‘Azza Wa Jalla tidak memakas manusia. Dan Allah ‘Azza Wa Jalla jelaskan bahwa apa yang mereka lakukan itu berdasarkan pilihan dan kemampuan mereka.
Jika ini masih mutasyabih (tidak terpahami dengan baik) oleh golongan Qadariyah yang memandang bahwa usaha manusia itu murni dari mereka tanpa ada kehendak dan takdir dari Allah ‘Azza Wa Jalla yang meliputi segala sesuatu, termasuk perbuatan manusia. Mereka tidak memiliki keinginan kecuali setelah Allah ‘Azza Wa Jalla menghendakinya.
Dan ita katakan kepada Jabriyah dab Qadariyah , bahwa semua itu merupakan ayat-ayat Allah ‘Azza Wa Jalla yang haq yang wajib diimani oleh kaum Muslimin.
Kesimpulannya, ayat yang masih mujmal (global) atau belum jelas maknanya pada suatu tempat, maka ditempat lain ayat tersebut telah dijelaskan, sehingga menjadi jelas maknanya.
[Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 11/Tahun XIV/1432H/2011M Diterbitkan Yayasan Lajnah Istiqomah Surakarta, Jl. Solo – Purwodadi Km. 8 Selokaton Gondangrejo Solo 57183]
FOOT NOTE :

1. Diangkat dari kitab al-Qawa’idul Hisan, kaidah ke-20

Tidak ada komentar: