Senin, 02 Juli 2012

Aristoteles


Aristoteles

Aristoteles lahir di Stageria pada semenanjung Kalkidike di  Trasia (Balkan) pada tahun 384 SM dan meninggal di Kalkis pada tahun 322 SM dalam usia 63 tahun. Ayahnya yang bernama Mashaon adalah seorang dokter istana pada raja Macedonia Amyntas II.Dari kecil, Aristoteles mendapat asuhan dari ayahnya sendiri.Ia mendapat pelajaran dalam hal teknik membedah. Oleh karena itu, perhatiannya banyak tertumpah pada ilmu-ilmu alam, terutama ilmu biologi.Sampai berumur 18 tahun, pendidikan nya diperoleh dari ayahnya[1].
Tatkala ayahnya meninggal , ia pergi ke Athena dan belajar pada Plato di Akademia. Dua puluh tahun lamanya aristoteles menjadi murid Plato dan bergaul dengan dia. Ia rajin membaca dan mengumpulkan buku-buku. Di rumahnya disusunnya suatu bibliotik.Sebagai bibliotik yang pertama yang terdapat di Athena. Aristoteles sangat gandrung kepala Plato, sehingga ia mendirikan perpustakaan filsafat sendiri untuk menghormati gurunya. Oleh karena itu, rumah filosofi ini diberi nama “ Rumah Pembaca”[2].
Selain memperdalam filsafat kepada plato, Aritoteles memperluas pengetahuannya dalam berbagau jurusan di luar Akademia. Pelajaran matematika yang diperolehnya di Akademia, diperdalamnya pada guru-guru astronomi yang terkenal, yaitu Eudoxos dan Kalippos. Bahkan, ia pidato yang tersohor pada waktu itu, Isokrates  dan Dhemosthenes, berpengaruh besar atas Aristoteles. Demosthenes seumur denga Aristoteles. Lahir dan meninggal pada tahun yang sama. Dengan menuntut pelajaran selama itu, Aristoteles memperoleh pengetahuan yang universal. Kecerdasannya yang luar biasa, yang menjadi pembawaan dirinya, memudahkan ia menguasai sampai mendalam hamper segala ilmu yang diketahui pada masanya.
Dengan kecerdasannya yang luar biasa, ia menguasai berbagai ilmu yang berkembang pada masanya. Tatkalaia berumur 18 tahun, ia dikirim di Athena ke akademia plato. Di kota itu, ia belajar pada plato. Kecenderungan berfikir saintifik tampak dari pandangan-pandangan filsafatnya yang sistematis dan banyak menggunakan metode empiris.Pandangan filsafat Aristoteles berorientasi pada hal-hal yang konkret[3].
Bila orang-orang sofis banyak yang menganggap manusia tidak akan mampu memperoleh kebenaran, Aristoteles dalam Methaphysics menyatakan bahwa manusia dapat mencapai kebenaran. Salah satu teori metafisika Aristoteles yang penting ialah pendapatnya yang mengatakan bahwa matter dan form itu bersatu. Matter memberikan substanti sesuatu, form memberikan pembungkusnya. Setiap objek terdiri atas matter dan form. Jadi, ia telah mengatasi dualisme Plato yang memisahkan matter dan form; bagi Plato matter dan form berada sendiri-sendiri. Ia juga berpendapat bahwa matter itu potensial dan form itu aktualitas[4].
Ia menjadi dikenal lebih luas karena pernah menjadi tutor ( guru) Alexander, seorang diplomat ulung dan jenderal terkenal. Di Athena, ia mendirikan sekolah yang bernama lyceum.sekolah itu banyak menghasilkan penelitian yang tidak hanya dapat menjelaskan prinsip-prinsip sains, tetapi juga politik, retorika, dan sebagainya. Namun , lama kelamaam, posisi Aristeles di Athena tidak aman, karena ia orang asing. Lebih dari itu, ia diisukan sebagai penyebar pengaruh yang bersifat subversive dan dituduh Atheis. Kemudian, akhirnya ia meninggalkan Athena dan pindah ke Chalcis dan meninggal di sana pada tahun 322 SM[5].
Karya luar biasa Aristoteles adalah filsafat etika, Negara, logika, metafisika, dan lain-lainnya.Di dalam dunia filsafat, Aristoteles dinobatkan sebagai bpak logika.Logikanya disebut tradisional yang mengantarkan terwujudnya logika modern, seperti matematika.Logika tradisional disebut juga dengan logika formal, yang oleh kaum santri pondokan disebut dengan Ilmu Manthiq[6].
Setelah plato meninggal, Aristotelas meninggalkan Athena bersama-sama dengan Xenokrates, kawannya belajar di Akademia. Waktu itu, ia telah berusia 38 tahun. Setelah 20 tahun belajar di Athena, ia ingin berkeliling dunia untuk meluaskan pandangannya. Xenokrates ikut serta, karena sebagai seorang murid plato yng setia, ia mengira bahwa ialah yang akan mengantikan gurunya sebagai pemimpin Akademia. Akan tetapi, pimpinan itu jatuh ke tangan Speusippus, kemenakan plato, yang dalam pengetahuan dan kecerdasan sangat kurang daripada dia[7].
Aristoteles dan Xenokrates berangkat ke sebuah kota kecil di pantai Asia Minor, kota Atarneus, yang dikuasai oleh Hermeias, bekas murid plato di Akademia. Hermeias mengundang mereka ke sana. Kedatangan mereka di sambut dengan gembira.Sebagai penghargaaan kepada Aristoteles, Hermenias kemudian menikahkannya dengan anak saudaranya yang perempuan, bernama Pythias.Namun, kedua filosof itu tidak lama tinggal di Atarneus, hanya 3 tahun.Kota itu disebut oleh tentara kerajaan Persia. Hermenias ditangkap, dibawa ke ibu kota Persia dan dibunuh. Aristoteles dapat melarikan diri dengan istrinya ke daerah sekitarnya dank arena itu terhindar dari bahaya maut. Di tempat ia menyingkirkan itu, ia menerima undangan  dari Raja Mecedonia Philippos supaya datang ke ibu kota untuk mendidik anaknya Alexandras, yang baru berusia 13 tahun. Alexandrasitulah yang terkenal kemudian dengan nama Iskandar Zulkarnain[8].
Aristoteles menerima undangan itu selama kurang lebih7 tahun, ia menjadi guru Alexandras. Ia pandai mendidik dan muridnya menyimpan yang baik tentangnyadalam hati yang paling dalam. Setelah selesai pendidikan Alexandras, ia pergi ke kota tempat lahirnya, Stageira, dan tinggal di situ beberapa tahun lamanya. Dalam suasana yang tenang, ia dapat menyelesaikan buku-buku yang telah ditulisnya sejak ia masih sekolah di Akademia.[9]
Setelah Alexandras menjadi Raja Macedonia dan mengarahkan tentaranya pergi berperang kea rah timur untuk menaklukan Persia da negeri-negeri lain, kembalilah Aristoteles ke Athena. Waktu itu, ia sudah berumur 50 tahun. Athena yang didapatinya sudah berlainan dari Athena yang ditinggalkannya 12 tahun sebeumnya. Dahulu Athena kota merdeka, Negara-kota. Sekarang bagian dari negeri greek yang jauh lebih luas, di bawah kekuasaan Kerajaan Macedonia. Tidak lama sesudah ia sampai di sana, didirikannya suatu lingkungan sekolah dengan nama lykeion, bertempat di sebelah pinggir kota, tidak jauh dari candi Lykeios. Aristoteles memberikan dua macam pelajaran.Pelajaran yang diberikannya pada pagi hari bersifat ilmiah dan diberikan kepada lingkungan kecil yang tujuannya benar-benar menuntut ilmu.Pelajaran yang diberikannya pada malam hari berlaku untuk umum. Di situ, ia tidak saja mengajarkan filsafat, tetapi juga mengajarkan retorika[10].
Selama dua belas tahun mengajar, Aristoteles mendapat bantuan dan perlindungan dari Alexandras yang agung. Ia pun bersahabat baik dengan wakil pemerintah Macedonia di Athena yang bernama Antipratos. Alexandras tewas dalam peperangan maka timbullah gerakan anti- Macedonia di Athena. Permusuhan terhadap orang-orang Macedonia tertuju juga kepada Aristoteles.Aristoteles dituduh telah menghina dewa-dewa kepercayaan rakyat. Dikatakan bahwa ia memuja-muja sahabatnya, Hermeias, yang sudah meninggal[11].
Aristoteles teringat akan nasib Socrates. Untuk menghindarkan nasib serupa, ia mengambil keputusan untuk meninggalkan Athena. Sebelum berangkat, ia menulis surat kepada Antipatros bahwa ia akan pergi, karena ia tidak mau memberi alas an kepada rakyat Athena untuk kedua kalinya berdosa kepada filsafat[12].
Aristoteles bertolak ke kalkis, suatu tempat yang terletak di pulau Eubua. Disana, ia mempunyai sebuah rumah yang terpelihara dengan baik dengan pekarangannya serta tanah yang cukup luas yang di kerjakan oleh budak-budaknya. Di tempat itu, ia ingin beristirahat pada hari tuanya, sambil menuliskan buah pikiranya. Akan tetapi, belum juga setahun di situ, ia jatuh sakit. Penyakit perut yang membawa maut. Pada tahun 322 SM Aristoteles menghembuskan nafasnya yang menghabiskan dalam usia 63 tahun. Di antara buahtangannya yang terkumpul masih berupa catatan kuliah. Jika lebih panjang umurnya,tentu semua itu dapat disiapkan menjadi buku-buku yang besar nilainya, yang ditinggalkannya untuk generasi berikutnya[13].
Semua filsafat Aristoteles telah menorehkan sejarah yang berharga dengan pengarunya yang sangat besar terhadap perkembangan pemikiran filosofis.Sampai abad ke-21 sekarang ini, tak seorang pun merasa bosan dengan filsafat Aristoteles, bahkan menjadikannya sebagai berbagai landasan filosofis dalam berfikir.

Pemikiran Aristoteles
            Aristoteles sependapat dengan gurunya plato bahwa tujuan berakhir dari filsafat ialah pengetahuan tentang adanya yang umum. Dia juga mempunyai keyakinan bahwa kebenaran yang sebenarnya hanya dapat dicapai dengan jalan pengertian.Bagaimana memikirkan Adanya itu? Menurut Aristoteles, Adanya itu tidak dapat diketahui dari materi benda belaka. Tidak pula dari pikiran semata-mata tentang yang umum, seperti pendapat Plato.Adanya itu teletak dalam barang-barang satu-satunya, selama barang itu ditentukan oleh yang umum[14].
            Pandangannya lebih realis dari pada pandangan Plato, yang didasarkan pada yang abstrak.Ini akibat dari didikan pada waktu kecil, yang menghadapkannya senantiasa pada kenyataan.Ia terlebih dahulu memandang kepada yang konkret, yang nyata. Ia bermula dengan mengumpulkan fakta-fakta. Fakta-fakta itu disusunnya menurut ragam dan jenis atau sifatnya dalam suatu sistem. Kemudian, ditinjaunya persangkutpautan satu sama lain. Ia ingin  menyelidiki sebab-sebab yang bekerja dalam keadaan yang nyata dan menjadi keterangannya. Pendapat ahli-ahli filosofi yang terdahulu dari dia diperhatikannya dengan kritis dan diperbandingkannya. Dan barulah dikemukakan pendapatnya sendiri dengan alasan dan pertimbangan  rasional. Cara ia bekerja itu sudah serupa dengan mendahului cara kerja ilmiah zaman sekarang. Oleh sebab itu, tidak mengherankan, kalau Aristoteles mempelajari lebih dahulu ilmu terapan dan ilmu pasti, bahkan ia menguasai ilmu yang sifatnya khas bagi kaum ilmuwan spesialis. Baru sesudah itu, ia meningkat kebidang filsafat, untuk memperoleh kesimpulan yang umum[15].
            Menurut Aristoteles, alam ada untuk selama-lamanya. Ini kelanjutan dari pendapatnya bahwa waktu tidak terhingga. Bagian alam yang paling sempurna dijadikan Tuhan-penggerak pertama  ialah langit, bulat bentuknya dan membuat bintang-bintang beredar saling berpaut dan yang tersangkut padanya. Ada jiwa yang mengemudikan jalan bintang-bintang itu.Di bawah langit itu terdapat beberapa lingkungan yang berputar yang ditempati oleh matahari, planet-panet dan bulan.Di tengah-tengah alam terletak bumi, bagian alam yang terleta di tengah, tetapi yang paling kurang sempurna. Bumi berbentuk dari anasir yang empat seperti yang dikemukakan oleh Empedokles : api, udara, air dan tanah. Anasir-anasir itu adalah pemangku sifat-sifat yang bertentangan : berat dan ringan, panas dan dingin, kering dan basah. Makin ke bumi makin berat, makin ke langit makin ringan.Anasir yang empat itu termasuk ke dalam lingkungan bumi, sedangkan ruang alam yang luas itu diisi oleh eter.Dari eter itu pulalah terjadi bintang-bintang dan lingkungan yang mengendalikan paredarannya[16].
            Aristoteles mengembangkan ajaran filsafat tentang etika.Etik Aristoteles pada dasarnya serupa dengan etik Socrates dan Plato. Tujuannya mencapai eudaemonie, kebahagiaan sebagai “ barang yang tertinggi ‘ dalam kehidupan. Akan tetapi ia memahaminya secara realistik dan sederhana. Ia tidak bertanya tentang budi dan berlakunya, seperti yang dikemukakan Socrates. Ia tidak pula menuju pengetahuan tentang idea yang kekal dan tidak berubah-ubah, tentang idea kebaikan, seperti yang ditegaskan oleh Plato. Ia menuju kepada kebaikan yang tercapai oleh manusia sesuai dengan genderny, derajatnya kedudukannya, atau pekerjaannya. Tujuan hidup, katanya, tidaklah mencapai kebaikan, untuk kebaikan, melainkan merasa kebahagiaan.Untuk seorang dokter, kesehatanlah yang baik, bagi seorang pejuang, kemenanganlah yang terbaik, dan bagi seorang pengusaha, kemakmuranlah yang terbaik.Yang menjadi ukuran ialah gunanya yang praktis.Tujuan kita bukan mengetahui, melainkan berbuat. Bukan untuk mengetahui apa budi itu, melainkan supaya kita menjadi orang yang berbudi[17].
Suatu pendapat, suatu pertimbangan, mungkin besar atau salah.Hanya dengan pertimbangan, tercapai pengetahuan ilmiah.Pertimbangan itu selalu memuat dua hal.Tiap-tiap pertimbangan menunjukkan perhubungan atau pemisahan du pengertian.Artinya, tiap pertimbangan menyebutkan bahwa suatu sifat ada pada suatu barang atau tidak. Misalnya, air itu panas atau air itu tidak dingin. Yang pertama disebut pernyataan yang positif, yang kedua pertanyaan yang negative.Tiap-tiap pertimbangan menyatakan suatu pendapat.Pendapat itu, apabil benar, bertepatan dengan keadaan yang nyata.Aristoteles membagi logika dalam tiga bagian, yaitu mempertimbangan, menari kesimpulan, dan membuktikan atau menerangkan[18].
Aristoteles berpegang pada filsafat Socrates yang mengatakan bahwa buah pikiran yang dikeluarkan itu adalah gambaran dari keadaan yang objektif. Menarik kesimpulan atas apa yang satu dari yang lain dapat dilakukan dengan dua jalan[19]. Pertama, dengan jalan silogistik.Jalan ini disebut juga apodiktik atau lebih terkenal sekarang, deduksi. Jalan kedua jalan epagogi atau lebih terkenal dengan nama induksi. Induksi bekerja dengan cara menarik kesimpulan tentang yang umum dari pengetahuan yang diperoleh dalam pengalaman tentang hal-hal yang individuali.
Kesimpulan induktif yang diperoleh lebih meyakinkan dan jelas karena ia dicapai hal-hal yang diketahui dan dari pengalaman dan penglihatan. Akan tetapai, keterangan ilmiah yang tepat didapat dengan jalan silogistik, dari dasar-dasar pokok.Dari aksioma, yaitu dalil yang harus diterima sebagai suatu kebenaran.
Menurut Aristoteles, realitas yang objektif tidak saja tertangkap dengan pengertian, tetapi juga bertepatan dengan dasar-dasar metafisika dan logika yang tinggi. Dasar itu ada tiga[20].Pertama, semua yang benar harus sesuai dengan adanya sendiri.Tidak mungkin ada kebenaran kalau di dalamnya ada pertentangan.Ini terkenal sebagai hukum identika.Kedua, dari dua pertanyaan tentang sesuatu, jika yang satu membenarkan dan yang lain menyalahkan, hanya satu yang benar.Ini disebut hukum penyangkalan (kontradikta).Inilah menurut Aristoteles yang terpenting dari segala prinsip.Yang ketiga, antara dua pernyataan yang bertentangan mengiyakan dan meniadakan, tidak mungkin ada pernyataan yang ketiga.Dasar ini disebut hukum penyingkiran yang ketiga.
Aristoteles yang dikenal dengan “Bapak Logika” telah memperkenalkan cara berfikir silogisme. Sebagai inti ajaran logika yang menarik kesimpulan dengan suatu pendekatan deduktif dan induktif.
Aristoteles sebagai “Bapak Logika” telah membuktikan salh satu metode filsafat dalam mengali kebenaran melalui rangkain premis-premis dan penyimpulan.Namun, metode silogisme Aristoteles mengalami masa surut, sebab metode itu hanya mampu meyakinkan kebenaran suatu pernyataa, tetapi tidak menyusun atau menimbulkan kebenaran baru.Metode itu hanya digunakan untuk membuktikan bahwa sesuatu itu benar, namun tidak menetapakan bahwa pernyataaan itu benar.Metode tersebut hanya berlaku untuk penyimpulan deduksi dan tidak untuk induksi.Hanya menerapkan hukum-hukum yang brsifat universal yang ditarik dari penyimpulan hal-hal khusus. Metode yang dikembangkan Aristoteles dipandang tidak ilmiah, terutama setelah munculnya Francis Bacon, yang menulis buku Novum Organum (Organon Baru) dengan maksud mengritik logika Aristiteles yang dianggapnya kekurangan aturan-aturan dan prinsip-prinsip yang berguna untuk menetapkan hukum penalaran yang ilmiah[21].
Karya-karya Aritoteles
            Karya-karya Aristoteles ada 36 buah, terbgi dalam empat bagian, yaitu: logika, fisika, metafisika, dan etika[22].
1). Buku-buku logika
a. Categoriae
b. Interpretatione
c. Analytica Priora
d. Analytica Postetiora
e. topica
f. Sophistis
            Keenam buku di atas di kalangan Yunani, terkenal dengan namaorganon, yang berarti alat, karena buku ini merupakan alat yang diperlukan dalm pembahasan dan dipakai untuk setiap ilmu. Buku ini berisi aturan-aturan berfikir yang menjamin kebenaran-kebenaran persoalan yang dibicarakan.Di samping itu, masih ada dua buku lagi yang oleh kaum muslimin digolongkan ke dalam buku logika, yaitu buku Rhetorica (pidato) dan Poetica (Syair). Buku pertama diterjemahkan oleh Ishak bin Hunein, kemudian diberi ulasan dan pengantar oleh Al-Farabi. Buku kedua juga diterjemahkan oleh Ishak bin Hunein[23].
2). Buku-buku Fisika
a. De Caelo (langit)
b. Animalium (Hewan)
c. Anima (jiwa)
3). Buku Etika
4). Buku metafisika


Daftar Pustaka
Syadali Ahmad dan Mudzakir,2004.Filsafat umum, Bandung : Pustaka Setia
Atang Abdul Hakim dan Beni Ahmad Saebani, 2008.Filsafat Umum,Bandung: Pustaka Setia
Mohammad Hatta,1986, Alam Pikiran yunani,Jakarta:Tintamas.
Sumarjono , 1993. Hermeneutik, Yogyakarta:Kanisius.


[1] Atang Abdul Hakim, Filsafat Umum,(Bandung : Pustaka Setia,2008) hal. 215
[2] Muhammad hatta, Alam pikiran Yunani, (Jakarta : tintamas, 1986) hal 15
[3] Ahmad Syadali, Filsafat umum,(Bandung : Pustaka Setia, 2004) hal 73
[4] Ibid, hal 73
[5] Atang Abdul Hakim, Filsafat Umum, (Bandung : Pustaka Setia,2008) hal. 216
[6] Ibid, hal 216
[7] Ibid, hal 220
[8] Ibid, hal 220
[9] Ibid,hal 220
[10] Ibid, hal 220
[11] Ibid, hal 221
[12] Idib, hal 221
[13]Ibid, hal 221
[14] Ibid, hal 222
[15] Ibid, hal 222
[16] Muhammad hatta, Alam pikiran Yunani, (Jakarta : tintamas, 1986) hal 131

[17] Ibid, hal 133
[18]Atang Abdul Hakim, Filsafat Umum, (Bandung : Pustaka Setia,2008) hal.225
[19]Ahmad Syadali, Filsafat umum,(Bandung : Pustaka Setia, 2004) hal 23
[20]Atang Abdul Hakim, Filsafat Umum, (Bandung : Pustaka Setia,2008) hal. 226
[21]E. Sumarjono, Hermeneutik, (Yogyakarta : Kanisius,1993)hal, 17
[22] Atang Abdul Hakim, Filsafat Umum, (Bandung : Pustaka Setia,2008) hal. 217
[23]Ahmad Syadali, Filsafat umum,(Bandung : Pustaka Setia, 2004) hal 73

Tidak ada komentar: